Monday, October 31, 2005
Maaf ga harus terucap di akhir
Berhubung ini mau Idul Fitri...kita ngomongin maaf ya? Suatu siang di bulan Ramadhan. Dering telepon menggema (kesannya angker banget, yak? heueheheu) Ternyata itu seorang saudara yang istrinya sedang sakit. Memang sudah beberapa minggu ini istrinya di rumah sakit. Katanya beliau udah pulang ke rumah. Alhamdulillah, untuk keberapakalinya Mommy datang menengok kesana. ®oel pun ikut menemani. Masak membiarkan orang tua bepergian sendiri? Ke luar kota pula. Alhamdulillah, perjalanan ini tidak menyebabkan kami menggunakan udzur sebagai musafir untuk berbuka. Plus, ®oel dapet ibroh tentang makna memafkan. Ceritanya, istri sodara yang sakit ini pernah tidak mau memaafkan sodara suaminya. Kata Mommy sih, permasalahan yang pernah terjadi ga sampe merugikan banget. Mungkin rasa sombong yang ditiupkan syaithon berhasil memasuki bilik hatinya hingga berbuat seperti itu. Ternyata, di saat sakitnya ini, Allah memberikan hidayah. Alhamdulillah, ada keinginan untuk memperbaiki tali silaturahmi yang sempat terputus. Kedatangan sodara ini tidak dijamu dengan biasanya. Kali ini, rasa persaudaraan benar2 terasa. Saat datang dan bersalaman, langsung bilang Maafkan saya, ya. Khusus untuk sodara yang pernah bermasalah, ucapan maaf ini bahkan sampe diulang beberapa kali. My Mom sampe bilang, wah ga nyangka bakal begini kalo inget dulu gimana hebatnya pertengkaran itu. Wallahua’lam. Mungkin karena menyadari sedikit lagi waktu yang tersisa. Well, ajal datang siapa yang tau? Tapi, isyarat dekatnya itu ada. Ya..sakit itu. ®oel juga sampe merinding. Kebayang dong kalo kita meninggal tetapi masih bermasalah dengan orang-orang yang masih hidup? Bergentayangan sih ga pastinya, tapi akan terasa saat yaumul hisab nanti. ®oel berharap, semoga hati ®oel dilapangkan agar tidak ada dendam yang mengotori hati. Agar dimudahkan menjadi orang yang pemaaf. Itu saja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment