Saturday, April 30, 2005

..surfing..

Nge-Blog dalam perspektif Islam : bagus juga.... kalo boleh saya nambahin satu...Blog bisa juga digunakan sebagai saran menyampaikan nilai-nilai kebaikan Islam spt yg dilakukan oleh teman2 IMB *deu...yg anggota IMB* ;p
What...?Shalat dgn bahasa Indonesia? : Berita ttg aliran yg shalat berbahasa Indonesia.
Nge-Blog juga bergaul lho... : alhamdulillah dgn aktivitas blog, roel jadi nambah banyak temen.

Ibuku??.....O.K *sambil mengangkat jempol*

Pernah lihat iklan yang di akhirnya ada seorang anak yg bilang, “Ibuku? O.K!” sambil mengacungkan jempolnya? Itu adalah pemodelan yang paling tepat untuk ungkapan hati seorang anak tentang ibunya, setidaknya bagi diriku. Aku memanggilnya dengan sebutan Emah (pake e pepet), mungkin kependekan dari Mamah? Entahlah....hanya saja "Mamah" terlihat sangat mewah untukku. So..."Emah" pun tak mengapa.
Ibuku memang O.K
Beliau adalah seorang yang melahirkan dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Tak pernah aku dipukul atau ditamparnya. Pukulan dan tamparan yang diberikan terungkap hanya lewat tatapan dan lisannya. Pun saat aku merasa tak bisa memenuhi amanahnya sebagai anak yang baik karena masih sering malas untuk membantu pekerjaan rumah, hanya ada raut wajah sedih yang menampar hati diiringi kata-kata, "Teh...ngga kasihan gitu sama Emah?"
Ibuku memang O.K
Beliau adalah seorang sahabat. Tak pernah ada kata-kata ’harus begini’ atau ’harus begitu’ saat aku meminta saran. Tak terucap kata-kata ’apa Ibu bilang...’ atau ’nah kan....’ saat aku mengadu tentang kecerobohanku. Tak sempat keluar kata-kata bernada paksaan saat aku tak seiring dengannya. Pun saat aku belum juga bisa menyelesaikan kuliah, hanya ada nada-nada penyemangat yang membersamai diiringi kata-kata, "Teh...bentar lagi Emah kan pensiun, kalau belum lulus mesti nyari uang darimana?"
Ibuku memang O.K
Beliau adalah pemberi sejati. Saat aku salah langkah, beliau menuntunku kembali tanpa caci maki. Saat aku berada dalam situasi ambivalensi, beliau memberi kebebasan untuk memilih dengan segala resikonya. Saat aku tak puas, beliau menyebut Allah sebagai Maha Pemberi yang berkuasa atas semesta alam. Saat aku menangis, beliau melebarkan pelukannnya yang membuatku tenang. Saat aku ragu, beliau meneteskan kekuatan yang mengenyahkan keraguan. Pun saat aku mengeluhkan karena beliau jarang sekali meneleponku kecuali aku memintanya menelepon, ia hanya tersenyum diiringi kata-kata. "InsyaAllah Emah percaya teteh baik-baik aja kalau teteh ngga nelepon." Aku menjawab, "Kalo neng disini gak kuliah, gimana hayyoo?" Jawabannya kemudian benar-benar membuatku mati kutu. "Masa teteh gitu sama Emah....emang ngga kasihan?" Saat itulah aku merasa kepercayaan yang besar telah diberikannya padaku. Kalaupun aku menjadi anak sholihah (aamiin) itu bukan karena rasa kasihan (walaupun beliau selalu bertanya itu padaku), tapi lebih karena kesadaran tentang konsep "anak berbakti" yang semakin besar sejalan dengan menebalnya keimanan.
Ibuku memang O.K
Tak pernah terbayang dapat menjalani predikat sebagai mahasiswa karena aku merasa ada ketidakseimbangan yang terjadi dalam fungsi pencari nafkah. Ibuku, dengan gigihnya, telah amat banyak bersabar atas seorang suami yang telah dipilihkan Allah untuknya. Segala keterbatasan fungsi seorang Ayah tidak menjadikannya mencampakkan rasa hormat untuk qowwam keluarga itu. Bahkan beliau juga menjaga agar buah hatinya tetap menjadikan laki-laki ini sebagai imam keluarga. Beliau telah banyak menghabiskan waktu di luar rumah hanya untuk menjaga agar dapur tetap mengepul. Bagiku, beliau adalah cerminan seorang Kartini atas pemikirannya tetapi melebihi wanita karir mana pun atas profesinya tanpa melupakan kodrat sebagai seorang istri, ibu, dan wanita. Saat aku protes melihat seorang laki-laki yang kerap aku panggil "Apa" tidak menjalankan amanahnya, beliau hanya tersenyum diiringi kata-kata. "InsyaAllah, semua yang Emah lakukan bernilai di hadapan Allah. Kalau sudah waktunya, ntar juga Apa dikasih jalan sama Allah." Dan benar saja, saat menjelang akhir profesinya, saat titik kulminasi rasa capeknya, Allah memberi jalan untuk Apa agar memenuhi amanahnya.
Hingga kini, tak pernah aku bisa melakukan hal luar biasa tanpa ada ukiran kata Ibu di setiap jejak langkahku. Ibuku? Pokoknya....lebih dari O.K!
PS: Mah...do'akan selalu agar anakmu ini menjadi anak sholihah. Dan jangan berharap aku membawa seseorang untuk kukenalkan hingga datang seseorang itu mengenalkan dirinya sendiri. *teringat pertanyaannya saat aku mengatakan ingin di Bandung dulu setelah lulus, menikah......^_^ beliau bertanya, "Emang teteh udah punya pacar?" jadi malu....semoga Emah tidak lagi berpikiran kolot seperti itu*

Hallo world...!!!

Hello world….long time no see!
Where have I been? Well, last Saturday (April 23) was my brother’s wed. I had gone home for a week. You know, it’s quite hard to find Internet connection in my hometown. So….I was absent for a week, ha? Ups..I think it’s been two weeks since my last writing. Ugh, it’s not a short time to go through ^_^
Semakin hari, ®oel semakin menyadari that I am sentimental! Yes…I am! Betapa tidak? Saat shalat Idul Fitri untuk pertama kalinya setelah terpisah dengan keluarga karena kuliah, ®oel nangis. Saat melihat deretan bis-bis ’orang2 penting’ melewati depan BIP dengan angkuhnya. (Kenapa ®oel bilang angkuh? Karena telah terjadi pengosongan paksa atas jalan raya milik rakyat. Deu.....bahasanya itu lho! ^_*) Saat itu pula, ®oel menitikkan air mata, di trotoar jalan. Saat menonton drama televisi dan si aktor bermain dengan excellent, ®oel nangis (except for sinetron Indonesia! Sepanjang yg ®oel inget seh…) Saat melihat aksi anak2 SDIT di launching Jaringan Sekolah Islam Terpadu, ®oel juga menangis haru. Kemarin...saat akad nikah—ingat! bukan akad nikah ®oel lho! *So what gitu lho?*—®oel juga nangis. Mmhhh...sempet nahan juga sih, kan malu sama sodara2 yg datang *muka merah mode on* Padahal yg ngisi khutbah nikahnya penceramah yg lumayan lucu (what?) Beliau adalah salah satu pengisi Ceramah Ceria (or Ramadhan Ceria?) di SCTV saat Ramadhan lalu. Katanya sih, my mom guru beliau waktu di SMEA. Waktu beliau ceramah sih, ®oel juga ketawa2. Tapi, saat aa mengucapkan “Saya terima nikahnya….” mata ini terasa panas. Entahlah….sepertinya ada yg hilang dari diri ®oel. Bahkan hingga besok sorenya, rasa haru masih bersisa dan menyebabkan air mata keluar (kali ini lumayan deras) Ahad sore itu, ®oel ke rumah teteh ipar—aa kan masih disana—dan sempet ngobrol berdua sama aa. Baru aja aa duduk di depan ®oel, T_T isak tangis ®oel terdengar, air mata pun mengalir. (Wah…gawat nih klo ketahuan….dan bener aja ketahuan.) Iyalah, di depan dia gitu lho! Masa ga ngeh klo ®oel nangis. Dia nanya dengan serius, “Lun kenapa? Ada apa?“ ®oel sih cuma bisa ketawa sambil jawab, ”Ngga, ga kenapa-napa. Heuheuheu...“ Eh, dia bilang...“Mh..ga bisa minta duit lagi, ya?“ Hehehehe tau aja dia..! Tapi, it’s not a big deal. Minta uang kan bisa ke ortu juga ;) But, what I feel is not a matter of giving money or not. It’s more than that…..tapi ®oel ngga tau apa itu. Aneh ya?
PS : A…kan sekarang dah punya tanggungan, sekaligus dua lagi (yg satunya siapa tuch? yg pasti bukan istri kedua ^_^) so, aa harus bener2 berusaha jadi more responsible person. Seorang qowwam rumah tangga ga hanya butuh penguasaan mencari nafkah, tapi bagaimana agar bisa menjadi imam (dlm arti luas) dalam menjalani hidup atas dua orang yg telah jadi tanggungan aa. Keep fighting and praying.
PS lagih: Mmhh, aa bakal baca tulisan ini ga, ya? Paling tidak ini jadi worthed documentation, even only for me.

Friday, April 08, 2005

Ceu Siti jadi Dubes qta...

Kasus Ambalat ternyata tidak hanya mempengaruhi hubungan diplomatik antarnegara--Indonesia dan Malaysia--tetapi juga berpengaruh terhadap dunia entertainment. Bagaimana tidak? TranTV menyuguhkan acara kolaborasi antara penyanyi kondang Siti Nurhaliza dan diva asal Indonesia yang baru saja menggelar konser tunggalnya, Krisdayanti dengan tajuk...apa gitu..lupa heuheuheu :)
Selain itu, pejabat pemerintahan pun (dalam hal ini pemerintah Malaysia) ikut latah untuk meredam konflik lewat 'tangan' dunia hiburan. Entah apakah pejabat pemerintah itu--®oel lupa namanya..--memandang Siti Nurhaliza mempunyai kapabilitas ataukah hanya ingin mencari sensasi sesaat. Ya...ini masih juga berhubungan dengan diva asal Malaysia yang selalu berpakaian sopan itu--®oel ga katakan klo itu menutup aurat. Ceu Siti ini diusulkan untuk menjadi Duta Besar Malaysia bagi Indonesia. *What?? Nyang bener aja?* Yup... katanya penggemar Siti di Indonesia lumayan banyak sehingga diharapkan dapat menenangkan sebagian masyarakat yang bereaksi keras terhadap kasus Ambalat. Wuih..ada2 aja tuh pejabat. Lha emang jadi Dubes kerjanya sama kayak penyanyi???? Jangan2 klo emang ini menjadi takdir qta ^_^ seluruh stasiun televisi berebut mngundang Ceu Siti untuk mengisi program acara mereka, mumpung lama di Indonesia. Kan ga perlu ngongkosin lebih tuh!! Hahahaha

Saturday, April 02, 2005

Muslimah cantik menarik = Muslimah cerdas

Is it a suitable topic??? Sebenernya ®oel ga terlalu paham apa yg dimaksud oleh panitia, but I can see that they want a presentation about beauty does not always mean pretty physically but it includes the smart of the person. However, setelah menyampaikan materi itu, ®oel bahkan masih ga percaya apa aja yg udah diomongkan.
Kemarin siang, Alfurqon—masjid UPI—menjadi saksi seorang ®oel telah menjadi penceramah. What??? Actually, I didn’t feel I was a “penceramah” or “mubalighah”. Ya…®oel cuma berbagi ttg apa yg diketahui. Bahwa muslimah tidak dipandang cantik or menarik dari segi fisik saja, tapi kecerdasan juga menjadi salah satu hal yg membuat muslimah cantik or menarik. Kita semua tau bahwa konsep cantik telah disebarkan sedemikian rupa lewat iklan or whatever baik itu di tv, radio, majalah, atau koran. Cantik adalah Anda berkulit putih. Cantik adalah Anda berambut panjang hitam legam. Cantik adalah Anda bertubuh langsing. Hanya itukah mereka memandang sosok seorang wanita? Betapa tidak adilnya. Bukankah 4JJI telah menjadikan manusia dengan bentuk yg sempurna? Kenyataannya tidak semua sesuai dgn paradigma cantik di atas, lantas apakah qta akan mengatakan bahwa 4JJI tidak adil? Tidak, sekali-kali tidak. Tentu qta tidak akan mengatakan bahwa 4JJI itu tidak adil. Lantas bagaimana melihat fenomena tersebut? Tergantung darimana kita melihatnya. Ketika qta hanya melihatnya dari kacamata kapitalis, mungkin qta bilang tidak adil. Ketika qta memandangnya dari kacamata keimanan, hasilnya akan jauh berbeda. Mengapa? Karena qta juga mengimani bahwa 4JJI tidak melihat rupa qta tapi melihat amal2 qta. So...paradigma cantik hanya berdasar fisik semata menjadi runtuh dengan sendirinya.
Ketika sesi tanya jawab ada yang nanya, “Koq temanya ttg muslimah cantik menarik, kan tadi dikatakan apa2 yg dilakukan muslimah jgn sampai mengundang ikhwan untuk kotor hati (®oel sempat menyampaikan hal ini). Terus kalo qta tampil cantik menarik dgn kecerdasan qta itu kan bisa juga mengundang rasa yg beda?“ Well, ®oel sadari bahwa memang kecerdasan—baik itu IQ, EQ, dan SQ—bisa jadi membuat ikhwan lebih tertarik. Bahkan memang lelaki sholeh lebih tertarik pada muslimah spt ini dibandingkan dgn wanita muslim lain yg memamerkan diri mereka bagaikan patung manequin di etalase toko. Tapi...asal qta meniatkan diri qta bahwa dgn kecerdasan qta akan memudahkan interaksi di masyarakat—lebih jauh lagi memudahkan dakwah—maka hal itu tidak masalah. Lagi pula, kecerdasan yg qta bangun tentu akan mencerminkan akhlakul karimah dan itu tidak termasuk pada usaha untuk “mengundang“. Kalaupun masih ada kejadian spt itu, ®oel kira hanya menjadi urusan bagi ikhwan itu dan 4JJI semata. Muslimah yg menjadi objek rasa tidak bersalah sepanjang memang muslimah itu tidak melakukan usaha2 untuk “mengundang“.
Hhmm...siapkah Anda tampil cantik menarik dengan kecerdasan Anda???