Wednesday, August 13, 2008

cuma kurang SATU!!!!

Pernahkah mendapatkan situasi yang bikin kita greget?? Pastinya pernah kali, ya?

Hari ini, saya baru aja ikut tes tulis untuk dapetin SIM C. Secara, saya tuh udah mulai bawa motor sendiri kalo berangkat ke skul yang nun jauh disana itu lho.. Well, bukan bawa motor dgn cara dijinjing atau dipikul pastinya. Emangnyah laptop? Hehehe

So, saya pun harus punya SIM C dunks supaya di jalan ga dag-dig-dug takut ketemu anjing galak..eh, polisi galak

Setelah bbrp kali ditunda, alhamdulillah pagi menjelang siang tadi saya ada kesempatan untuk memprosesnya. Diawali dengan tes kesehatan di dokter yang ditunjuk. Disini bayar 25ribu cuma buat ditanyain berat badan, tinggi badan, golongan darah en tes kesehatan mata yang biasa saya liat di games komputer. Itu lho, yang diminta liat angka diantara titik-titik alias totol-totol berwarna.

Sukses dengan tes kesehatan, saya meluncur ke POLRES untuk ngikutin tes tulis. Kata my Mom, bayarnya via bank, tapi kata my bro' engga. Ya weis...karena my bro' baru kmrn2 ini bikin SIM saya lebih percaya apa kata dia, coz my Mom kan dah lima tahunan ini ga lagi naik motor atau perpanjang SIM.

Di kantor POLRES itu, saya pun mendaftar dan diminta ikut tes tulis. Kata petugas polisi-nya, saya harus menjawab soal dengan minimal betul 18 soal. Wah, saya bisa ga ya? Well, PD aja deh. Padahal sih ga persiapan apa2 lho. Dulu2 pernah baca buku tentang peraturan lalu lintas gitu, tapi pas mau bikin SIM malah saya ga baca atau persiapan apapun.

Mulailah saya mengisi soal sebanyak 30 biji. Mmmhhhh...it's a little bit difficult juga ya. Ada bbrp soal yang ga tau. Pas lagi ngerjain, ada bbrp nama yang dipanggil. Mereka rata2 ga lulus coz jawabannya kurang dari yang dihasruskan. Ada yang cuma betul 12 bahkan ada yang salah semua. MMhh.. gimana dengan jawabanku ini, ya? Setelah bbrp menit (kayaknya sih ga nyampe se-jam deh) saya tinggal menunggu hasilnya.

Eng..ing..eng...saya pun dipanggil. "Ini masih kurang satu soal lagi, ntar balik lagi aja hari Sabtu."

Oh my God, Allahu Rabbi, saya melihat angka 17 di lembar jawaban saya itu..dan tiba2 saya jadi merasa benci dengan angka itu. Hehehe... Kalau bisa sih, tanggal kemerdekaan diganti aja deh.

Ywdah deh, saya terima my destiny, mungkin pas mau jawab soal tadi ga baca basmalllah kali, ya? Padahal pas pagi tadi mau berangkat, saya berdoa semoga Allah memberikan kelancaran untuk semua yg saya urus hari itu.
Atau mungkin Allah ngasih kesempatan buat saya supaya jerawat di muka saya tuh ilang dulu sebelum di foto coz kalo tadi lulus pastinya langsung difoto setelah tes praktek dunks... Hehehe... Menghibur diri boleh kali

Wednesday, August 06, 2008

He's just my only Dad

“Pantes teteh belum nikah juga…mungkin karena sering membentak Ayah! Dosa itu!”

Gubrakz…. Oh, my God! Allahu Rabbi... Bener juga ya ucapan yang terlontar from my lovely mother ini?

Well, saya bukannya ga sayang sama beliau. Astaghfirullah al’adhzim.. Semoga Allah mengampuni saya.

Hanya saja, kadang Ayah saya tu gimanaaaaa gitu. Suka aneh… Hehehe

Pertama, beliau terlalu banyak ngatur saya.

“Teh, jangan nyimpen ini disana.”
"Teh, jangan terlalu banyak aktivitas di luar.”
“Teh, jangan aktif di partai *** Emang kamu mau dijadiin anggota DPR?”
"Teh, coba sih buku2 kuliahnya dibaca lagi, jangan main aja.”

Kedua, beliau selalu pengen tau urusan saya.

”Teh, ini apaan?”
"Teh, ini punya siapa?"
"Teh, ini buat siapa?”

Ketiga, beliau suka sengaja2 ngeganggu saya.

Suatu kali, saya pulang sore. Ada sebuah kue di atas meja. Saya pikir itu adalah kue bagian saya karena biasanya memang kita selalu dapat bagian.

Ayah : Teh, entos kue ieu can? (Teh, udah kue ini belum?)
Saya : Encan. (Belum)
Ayah : Embung? (Gak mau?)
Saya : Hayang. (Mau)
Ayah : Alim? (Gak mau?)
Saya : Hayang! (Mau!)

Ucapan yang terakhir itu keluar dengan sangat keras saya kira karena sebentar kemudian, Ibu keluar dari kamarnya dan bertanya, “Teteh tadi ditanya apa sih sama Ayah? Segitu kerasnya jawab. Istighfar, teh.”

Sebenarnya keluarga di rumah itu termasuk yang ga pernah berantem ataupun perang mulut. Terakhir saya melihat Ayah dan Ibu adu mulut kira2 waktu saya masih di SD. Itu berarti sekitar 15 sampe 20 tahun yang lalu. Ibu juga sering mengingatkan saya untuk berlaku lemah lembut pada Ayah.

Tapi, kadang ada sikap Ayah yang suka bikin saya gusar, jadinya saya suka agak2 bicara kasar deh ke Ayah. Lagian, Ayah tu kayak anak kecil yang berusaha nyari2 perhatian.

Apakah saya kurang ngasih perhatian pada Ayah? Sejak dulu bahkan hingga sekarang, saat usia saya di atas 25, Ayah selalu memberi banyak perhatiannya.

Ayah hampir selalu mengabulkan apa yang saya minta.

“Yah, tolong anter ke tempat ini.”
”Yah, tolong bawain itu.”
”Yah, tolong motor teteh dipindahkan ke dalam rumah”
“Yah, makanan ini buat teteh aja ya?
”Yah, tolong …
“Yah, tolong…
”Yah, tolong …
“Yah, tolong…
”Yah, tolong …
“Yah, tolong…

Kedua, beliau sangat sayang kepada saya.

Dulu, pas lulus SD saya disekolahkan ke pesantren dan Ayahlah yang mengantar ke sana. Mulai dari mencari lokasi, tes masuk, bahkan ketika saya menjalani tesa Ayah membelikan saya sebuah penggaris dan roti. Mungkin Ayah khawatir saya membutuhkan penggaris pada tes seleksi itu.

Ketika saya menjalani UMPTN pun, Ayah yang mengantar saya.

Ketika saya kuliah pun, Ayah selalu membantu saya mengepak barang jika liburan selesai. Beliau selalu bisa menjadikan barang bawaan yang banyak menjadi ringkas sehingga gampang dibawa.

Ketika pagi hari saat saya harus berangkat kerja, Ayah selalu menawarkan bubur yang beliau beli. Beliau tau saya jarang banget menyempatkan sarapan.

Beberapa waktu yang lalu, Ayah membawa sebatang cokelat. Beliau baru pulang dari mengunjungi saudara di Jakarta. Dan orang yang pertama kali ditawari cokelat itu adalah SAYA!


Ya, Allah…ampuni hamba. Banyak sekali hal yang telah Ayah lakukan dengan semua keterbatasannya. Ayah memang bukanlah Ayah yang sempurna… Ibu telah mengikhlaskan keadaan ini, kenapa saya engga, ya? Jadi ingat lagi ucapan Ibu, “Walau gimana, Ayah tetaplah orangtua teteh. Teteh harus hormat dan sopan.”

Allah….hamba tidak ingin berkata kasar pada Ayah. Hamba tidak bermaksud tidak hormat padanya. Berikanlah kekuatan pada hamba untuk menyayangi Ayah dengan segala keterbatasannya. Limpahkanlah kasih sayang-Mu pada keluarga kami, ya Allah…ya Rohman..ya Rohiim…



I LOVE you, Dad..


balada nomor 24, 16 dan 8

Pernah engga sih kita berpikir bahwa apapun yang kita dapatkan sejatinya adalah refleksi dari apa yang sudah tertulis di catatan takdir kita? InsyaAllah, pasti pernah, ya? Tapi seberapa banyak dari kita yang merenungi makna, ibroh atau hikmah dari hal yang kita dapatkan tersebut?

Kenapa saya musti dapat nomor urutan 15 ketika mendaftar ke dokter? Kenapa saya dapet nomor kwitansi 198 ketika mendaftar tes TOEFL? Kenapa saya dapet nomor 76 ketika mengantri di bank?

Tanya ke….napa? Hehehe… Kalau yang kita dapat adalah nomor-nomor yang seakan tanpa arti, mungkin karena angka tersebut tidak terlihat istimewa sehingga kita hanya menganggapnya seperti angin lalu. Lalu bagaimana apabila ada nomor urut yang begitu mudah dikenali keistimewaannya dan makna yang diambil (setidaknya oleh saya sendiri) benar-benar pas banget?

Seperti halnya nomor 24, 16 dan 8. Apa yang menjadikannya istimewa?

Pertama, nomor tersebut kelipatan 8. Padahal urutan nomor itu muncul sekitar 5 tahun sekali, lho….

Kedua, sesuatu yang membuat saya benar2 tercengang adalah apabila angka tersebut kita cocokkan dengan nomor surat dalam Al-Quran maka akan membentuk arti yang pas sesuai dengan kemunculannya. Pada tahun 1999, muncul nomor 24 yang menjadi nomor surat An-Nur. Kita semua tahu An-Nur berarti cahaya. Dan si pemilik nomor 24 ini memang dianggap oleh banyak orang sebagai cahaya di saat mereka kebingungan untuk memilih.

Lima tahun kemudian, pemilik nomor 24 harus mengikhlaskan diri berganti nomor. Didapatkanlah nomor 16 yang menjadi nomor surat An-Nahl dalam Al-Quran. Apakah arti An-Nahl? Lebah…. Ya! Lebah…. Bolehlah kita artikan bahwa si nomor 16 ini berlaku seperti lebah yang menghasilkan madu yang bermanfaat untuk banyak orang. Artinya, nomor 16 itu memang pas sekali dengan kebermanfaatan yang ditebarkan oleh pemiliknya.

Akhirnya, di tahun 2008 ini, kabar terbaru yang saya dapatkan ternyata nomor 8 telah menjadi pengganti si 16. Mari kita lihat kembali Al-Quran. Disana tertera Al-Anfal menjadi surat ke-8 dengan arti yang membuat bulu kuduk saya merinding ketika mengingatnya. HARTA RAMPASAN PERANG. Yup….! Ini saatnya kita berperang melawan kedzhaliman, kemiskinan, korupsi, kemalasan, keserakahan dan segala sifat merusak lainnya dengan lebih bersungguh-sungguh. Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang siap bertempur dengan keikhlasan hati hanya mengharap ridho dan surga-Nya semata.

Mungkin ada sebagian orang yang berpikir apa yang saya tuliskan ini terlalu berlebihan. “Ah, itu kan hanya sekedar nomor.” Tapi, sejatinya siapakah yang mengizinkan kita menggunakan nomor tersebut? ALLAH…ya…hanya Allah saja yang berkehendak.

Semoga pemaknaan yang saya buat ini menjadi penyemangat kita untuk terus berbuat, beramal dan bekerja keras agar kita menjadi barisan orang-orang yang akan mengatakan, “Ya Allah, inilah yang telah hamba lakukan untuk kejayaan Islam.” InsyaAllah, semua yang kita lakukan bukan untuk si nomor 8 semata, semua kita niatkan untuk Allah. Selamat berjuang saudaraku! Aku bersamamu!! ALLAHUAKBAR!!!! )l(