Saturday, April 30, 2005

Ibuku??.....O.K *sambil mengangkat jempol*

Pernah lihat iklan yang di akhirnya ada seorang anak yg bilang, “Ibuku? O.K!” sambil mengacungkan jempolnya? Itu adalah pemodelan yang paling tepat untuk ungkapan hati seorang anak tentang ibunya, setidaknya bagi diriku. Aku memanggilnya dengan sebutan Emah (pake e pepet), mungkin kependekan dari Mamah? Entahlah....hanya saja "Mamah" terlihat sangat mewah untukku. So..."Emah" pun tak mengapa.
Ibuku memang O.K
Beliau adalah seorang yang melahirkan dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Tak pernah aku dipukul atau ditamparnya. Pukulan dan tamparan yang diberikan terungkap hanya lewat tatapan dan lisannya. Pun saat aku merasa tak bisa memenuhi amanahnya sebagai anak yang baik karena masih sering malas untuk membantu pekerjaan rumah, hanya ada raut wajah sedih yang menampar hati diiringi kata-kata, "Teh...ngga kasihan gitu sama Emah?"
Ibuku memang O.K
Beliau adalah seorang sahabat. Tak pernah ada kata-kata ’harus begini’ atau ’harus begitu’ saat aku meminta saran. Tak terucap kata-kata ’apa Ibu bilang...’ atau ’nah kan....’ saat aku mengadu tentang kecerobohanku. Tak sempat keluar kata-kata bernada paksaan saat aku tak seiring dengannya. Pun saat aku belum juga bisa menyelesaikan kuliah, hanya ada nada-nada penyemangat yang membersamai diiringi kata-kata, "Teh...bentar lagi Emah kan pensiun, kalau belum lulus mesti nyari uang darimana?"
Ibuku memang O.K
Beliau adalah pemberi sejati. Saat aku salah langkah, beliau menuntunku kembali tanpa caci maki. Saat aku berada dalam situasi ambivalensi, beliau memberi kebebasan untuk memilih dengan segala resikonya. Saat aku tak puas, beliau menyebut Allah sebagai Maha Pemberi yang berkuasa atas semesta alam. Saat aku menangis, beliau melebarkan pelukannnya yang membuatku tenang. Saat aku ragu, beliau meneteskan kekuatan yang mengenyahkan keraguan. Pun saat aku mengeluhkan karena beliau jarang sekali meneleponku kecuali aku memintanya menelepon, ia hanya tersenyum diiringi kata-kata. "InsyaAllah Emah percaya teteh baik-baik aja kalau teteh ngga nelepon." Aku menjawab, "Kalo neng disini gak kuliah, gimana hayyoo?" Jawabannya kemudian benar-benar membuatku mati kutu. "Masa teteh gitu sama Emah....emang ngga kasihan?" Saat itulah aku merasa kepercayaan yang besar telah diberikannya padaku. Kalaupun aku menjadi anak sholihah (aamiin) itu bukan karena rasa kasihan (walaupun beliau selalu bertanya itu padaku), tapi lebih karena kesadaran tentang konsep "anak berbakti" yang semakin besar sejalan dengan menebalnya keimanan.
Ibuku memang O.K
Tak pernah terbayang dapat menjalani predikat sebagai mahasiswa karena aku merasa ada ketidakseimbangan yang terjadi dalam fungsi pencari nafkah. Ibuku, dengan gigihnya, telah amat banyak bersabar atas seorang suami yang telah dipilihkan Allah untuknya. Segala keterbatasan fungsi seorang Ayah tidak menjadikannya mencampakkan rasa hormat untuk qowwam keluarga itu. Bahkan beliau juga menjaga agar buah hatinya tetap menjadikan laki-laki ini sebagai imam keluarga. Beliau telah banyak menghabiskan waktu di luar rumah hanya untuk menjaga agar dapur tetap mengepul. Bagiku, beliau adalah cerminan seorang Kartini atas pemikirannya tetapi melebihi wanita karir mana pun atas profesinya tanpa melupakan kodrat sebagai seorang istri, ibu, dan wanita. Saat aku protes melihat seorang laki-laki yang kerap aku panggil "Apa" tidak menjalankan amanahnya, beliau hanya tersenyum diiringi kata-kata. "InsyaAllah, semua yang Emah lakukan bernilai di hadapan Allah. Kalau sudah waktunya, ntar juga Apa dikasih jalan sama Allah." Dan benar saja, saat menjelang akhir profesinya, saat titik kulminasi rasa capeknya, Allah memberi jalan untuk Apa agar memenuhi amanahnya.
Hingga kini, tak pernah aku bisa melakukan hal luar biasa tanpa ada ukiran kata Ibu di setiap jejak langkahku. Ibuku? Pokoknya....lebih dari O.K!
PS: Mah...do'akan selalu agar anakmu ini menjadi anak sholihah. Dan jangan berharap aku membawa seseorang untuk kukenalkan hingga datang seseorang itu mengenalkan dirinya sendiri. *teringat pertanyaannya saat aku mengatakan ingin di Bandung dulu setelah lulus, menikah......^_^ beliau bertanya, "Emang teteh udah punya pacar?" jadi malu....semoga Emah tidak lagi berpikiran kolot seperti itu*

No comments: