Friday, December 17, 2004

ketika sakit masih harus dirasa

Bismillah...Assalamu'alaikum to you all... Pha khabar niy? Moga baek2 aja, en doain saya ya spy bisa sabar menerima flu yg mampir. ^_*
Hiks...hiks...T_T percaya deh, ini bukanlah tangisan bombay LOL, tapi emang mata ini sering mengeluarkan airmata beberapa hari terakhir (plus hidung yg berair yiks..). Mungkin emang bener yak, si virus influenza mulai berdatangan. Setelah sukses dgn panas dalamnya, giliran flu yg harus dilalui plus demam. Udah ah, saya bukannya mau obral penyakit, cuma mau berbagi betapa qta harus amat sangat bersyukur saat Allah memberi qta nikmat sehat.
Minggu2 terakhir ini, saya dapet berita ttg pernikahan (uhuk..uhuk..) Ada bbrp senior di kampus yg dah nikah (en mau..doain ya). Selain senior, ada jg lho adik tingkat! *So what? Emang nape? Ngga boleh?* Ya..bukannya gitu, tapi saya kan ngga mau jadi GOLKAR (golongan karunghal ^_^) Akhirnya bulan sabitnya jadi purnama juga (ngutip dari novel) Fase terbaru dari kehidupan harus dijalani. Mungkin masih ada harapan, masih ada ujian dan cobaan yg akan menhadang. Tak lupa, masih buanyaaaaaak banged sarana2 untuk berbuat lebih demi kepentingan Islam sambil tak lupa menabung pahala untuk bekal di second life nanti.
Tapi...gimana jika fase yg harus dijalani itu tidak memberikan kesempatan lebih kpd qta untuk beramal? Namanya, qta akan menghadapi fase kematian. Betapa kematian benar2 selalu mengintai qta tanpa qta sadari kapan ia menjemput. Innalillahi wa inna Ilaihi rooji'uun. Berita ttg kematian pertama datang dari televisi, krn memang ia org terkenal. Yaitu, Harry Roesli. Padahal, berasa baru kmrn ia memberikan komentar2nya di AFI (ups...jarang nonton koq ^_*) Padahal, masih berasa baru kmrn ia dgn anak2 jalanannya berjuang. Padahal... Tapi, itulah maut yg datang tanpa diundang, pulang tak dintar. MAlah qta yg diantar menuju gerbang kehidupan kekal nan abadi. Berita kematian selanjutnya datang dari seorang teman. Ia mengabarkan bahwa Bu Nunung, guru pamong kami di SMA 2 Bandung telah meninggal. Ya Allah, padahal kami belum sempat menengok beliau krn sakitnya. Padahal, beliau telah meminta kami untuk bertemu dan membicarakan mengenai ujian PPL Januari nanti. Padahal kami masih ingin mendengar petuahnya ttg proses menjadi guru. Tetapi, Allah berkehendak lain, kami belum diizinkan bertemu. Kabarnya, beliau harus ke sekolah, mengawa ujian dan terjatuh. Wallahu a'lam. Banyak cara menuju mati, yg harus diyakini bahwa kematian bukanlah salah manusia di sekitarnya. Ia memang datang jika sudah waktunya. Terakhir, berita meninggal datang dari Sukabumi, kota asal salah seorang teman di satu aktivitas. Dia menuliskan banyak kenangan baik ttg beliau. Ya...beliau adalah seorang ustadz dari Surade. Beliau bukanlah orang terkenal, tapi ribuan orang memadati pemakamannya.
Lalu..dengan sakit yg saya rasa, adakah kesadaran ttg kematian mencuat? Adakah persiapan yg telah banyak dilakukan jika ia datang menjemput? Apakah kematian saya begitu berkahir baik hingga orang2 menangis? Bukan...bukan keinginan saya ditangisi, tetapi apakah saya telah cukup berarti bagi orang2 yg ditinggalkan?
Jawabnya...persiapkan sedari dini!!!!!

No comments: