Sunday, October 24, 2004
Ali, dari COBOY ke F1
saya pernah bilang, kan klo saya tuh dapet kesempatan wawancara Ali pas dia ngisi Talk Show di Pusdai. hasil wawancara itu dimuat di buletin Tutorial (I hope so). nah, ini hasilnya. Pernah denger nama COBOY? Itu lho yang suka naik kuda. Ups...hehehe itu mah cowboy, yak? Dan adanya juga di luar negeri sono. Tapi buat sahabat yang seneng dengerin lagu jaman 90-an InsyaAllah gak asing lagi sama nama grup (baca: boyband) yang satu ini. Salah seorang personilnya adalah Muhammad Ali Mustafa, yang lebih dikenal dengan nama Ali “COBOY”. Lama enggak terdengar kabarnya, sekarang ia malah punya grup baru. Ditemui saat mengisi acara Talk Show di PUSDAI, ia bercerita banyak tentang hijrahnya dan juga nasyid. Ternyata, sekarang ini ia bergabung dengan F1. Lho...memangnya ia pindah jalur dari musik ke balap mobil? Ternyata nama F1 engga dimonopoli ama balap mobil aja. Tapi F1 yang ini singkatan dari Faith One. Grup nasyid baru dengan personil yang dulu sempat populer dengan nama MG-16. Pernah denger MG-16, kan? Itu lho, grup nasyid yang nyanyiin soundtracknya film Ketika Mas Gagah Pergi. Sayangnya, karena beberapa hal, mereka memutuskan untuk mengundurkan diri jadi anggota MG-16 dan akhirnya membentuk F1. Mereka sendiri menyayangkan hal tersebut dan tetap berharap semoga film KMGP bisa selesai dan dinikmati masyarakat, seperti dituturkan oleh manajernya. By the way, kok sekarang Ali bernasyid sih? Enggak nyanyi pop lagi Menurutnya, hal tersebut dimulai ketika tahun 1999 ia mendapatkan dirinya kosong secara ruhani. “Allah memberi saya teguran,” katanya. Di tahun itu pula ia memutuskan untuk hijrah dan lebih memperdalam Islam. Setelah ia membaca buku Hidup Setelah Mati karangan Bey Arifin, ia mulai berfikir bahwa ternyata hidup ini cuma sementara. “Hidup itu cuma sebentar. Lo tuh nothing, Li,” begitu pikirnya saat itu. Ternyata hijrahnya tidak mematikan jiwa seni yang ada pada dirinya. Ia kemudian ingin tetap berseni, khususnya seni musik, tapi juga engga keluar dari koridor taqwa. Di awal tahun 2004, ia ikut audisi untuk soundtrack film KMGP. Lolos dari audisi itu, ia bersama dengan empat orang lainnya (dan sekarang menjadi personil F1) bergabung dengan nama MG-16. Seperti diceritakan di awal, mereka resign dari MG-16 dan membentuk F1. Berbicara mengenai nasyid sendiri, menurutnya nasyid adalah senandung Islami. Awalnya, ia berfikir bahwa nasyid hanya boleh untuk kalangan tertentu, khususnya orang-orang haroki (orang yang tergabung dalam pergerakan Islam-red). Ternyata musik apa pun bisa aja, entah itu jazz atau pop. Nasyid, selain juga ada unsur seninya, dilihat Ali sebagai sarana mengajak orang untuk lebih mengenal Allah SWT (dakwah-red). Ditanya tentang kesan Ramadhan sebelum tahun 1999 dan setelah hijrah, ia mengaku banyak sekali perbedaannya. Dulu, tentu saja ia masih dalam keadaan jahiliyah. Sekarang, ia merasa bahwa dunia ini singkat dan sementara. Ia pun ingin lebih banyak memikirkan ukhrowi. Hijrahnya tentu akan menjadi hal yang sia-sia kalau tidak disertai ilmu. “Hijrah akan terasa garing kalo engga dimaintain dengan ilmu,” begitu katanya. Dan ilmu bisa didapat dari mana saja. Saat ini pun sahabat, InsyaAllah, sedang mencari ilmu Allah yang luas itu, kan? Mentoring hanyalah satu dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan. “Di luar itu semua, atau teori-teori yang ada, terus belajar untuk mengenal Allah. Kalo kita sudah ridho sama Allah, Allah pasti ridho sama kita. Kalo ridho amal kita bakal ikhlas,” Mungkin sarannya ini pas buat sahabat yang masih memandang tutorial sebagai beban, ya? (hayo...ngaku aja deh :D) Saat diminta pesan-pesan untuk sahabat, peserta tutorial semester ganjil 2004, ia mengatakan, “ Selamat untuk dunia akhirat hanya Islam, beriman pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Teruslah untuk mengenal Allah, kita bakal balik ke Allah. Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun. Perbanyaklah pengetahuan mengenai akhirat karena banyak informasi yang belum kita ketahui. Dan itu hanya ada di Al Qur’an dan Sunnah.” Subhanallah, pesannya sungguh bagus, ya? Iya deh, Insya Allah kita juga sepakat kok sama konsep selamat dunia akhirat-nya Ali. Kita juga do’akan semoga Ali bisa tetap istiqomah di jalan dakwah ini, begitu juga dengan F1-nya. Bagaimana pun, umat membutuhkan orang-orang seperti Ali, yang berani mengambil keputusan melepas segala apa yang telah diperolehnya selama menjadi artis baik itu kepopulerannya atau harta yang berlimpah, hanya untuk kembali ke Islam, fitrah setiap insan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment